Kalau Jawa punya Andong sebagai transportasi tradisional, Lombok juga punya Cidomo sebagai alat transportasi tradisional yang masih eksis hingga sekarang. Cidomo tidak jauh beda dengan Andong, sama-sama transportasi yang dijalankan dengan tenaga kuda. Akan tetapi, tentu saja ada pembeda diantara Andong dan Cidomo. Bedanya terletak pada design bentuk dan roda yang digunakan. Cidomo menggunakan roda mobil bekas, sedangkan Andong menggunakan roda dari kayu.
Pada jaman dahulu, Cidomo hanya digunakan untuk mengangkut barang. Seiring perkembangan zaman, kini Cidomo bisa mengangkut orang. Selain mempunyai ciri khas dari roda yang digunakan, cidomo juga identik dengan warna yang cerah-cerah. Untuk menambah daya tarik pada Cidomo, kepala kuda diberikan aksesoris seperti, lonceng dan hiasan kepala yang merumbai-rumbai.
Nama cidomo merupakan singkatan dari Cikar, Dokar, dan mobil yang merujuk pada bentuk dan fungsinya. Cikar merupakan transportasi darat, dokar karena ditarik oleh kuda dan mobil karena menggunakan ban mobil. Cidomo memiliki kapasitas penumpang hingga empat sampai lima orang saja. Dengan penumpang masing-masing dua orang disamping kanan dan kiri, dan satu orang di samping kusir.
Jika ingin mencoba naik Cidomo, tidak sulit untuk menemukan transportasi tradisional ini. Karena masyarakat masih sering menggunakan cidomo sebagai alat transportasi sehari-haru untuk mengangkut barang. Maka dari itu, Cidomo banyak dijumpai di pasar-pasar yang ada di Lombok. Cidomo juga banyak dijumpai dikawasan pariwisata, seperti di Gili Terawangan. Karena di Gili Terawangan tidak diperbolehkan kendaraan seperti mobil dan motor untuk beroperasi dengan alasan untuk menjaga kawasan wisata bebas dari polusi.