Siapa disini yang suka merinding kalau dengar musik tradisional? Wah.. kita sama dong! Karena menurutku pribadi, musik tradisional itu sangat sakral. Bangga banget jadi orang Indonesia yang punya banyak banget budaya. Ah, udahan curhat nya, mari kita kembali ke topik hahaha.
Gendang beleq adalah musik tradisional dari Nusa Tenggara Barat, khususnya suku Sasak di Lombok. Asal kata Gendang berasal dari bunyi gendang itu sendiri. Dan Beleq berasal dari bahasa Sasak yang berarti besar. Jadi, Gendang Beleq adalah gendang besar.
Dulu Gendang Beleq digunakan untuk penyemangat prajurit yang pergi dan pulang dari perperangan. Karena itu, Gendang Beleq memilki makna sejarah sebagai musik perang, kepekasaan, penyemangat, dan keagungan. Tapi sekarang sering digunakan untuk acara pernikahan (Merariq) dan acara kebudayaan. Gendang Beleq juga merupakan salah satu daya tarik wisata sehingga Gendang Beleq juga dijadikan untuk menyambut tamu/wisatawan yang datang berkunjung ke Lombok.
Alat musik ini terbuat dari pohon meranti. Gendang Beleq menghasilakn suara yang besar dan bergema karena bagian tengah batang pohon yang dilubangi dan dilapisi dengan kulit kambing, sapi, atau kerbau. Gendang Beleq biasanya dimainkan dengan alat musik lainnya seperti, gong, terumpang, oncer, pencek, dan seruling. Para pemain musik Gendang Beleq disebut sekaha. Ukuran Gendang yang berdiameter 50 cm dan panjang 1,5 meter tidak membuat pemain musik kesulitan. Dengan digantungkan di leher atau di bahu, para pemain terlihat menikmati memainkan Gendang Beleq. Pemain Gendang Beleq memainkan Gendang Beleq sambil menari dan pemain terdiri dari 13 sampai 17 orang. Gendang Beleq dimainkan secara berkelompok dan terdiri dari dua Gendang Beleq yang disebut mama (laki-laki) dan nina (perempuan) yang berfungsi sebagai penari.
Gendang Beleq memiliki nilai filosofi dan sangat disakralkan oleh masyarakat suku Sasak. Masyarakat menilai Gendang Beleq memiliki nilai keindahan, kesabaran, ketekunan, kebijakan, kepahlawanan, dan ketelitian. Nilai-nilai tersebut diharapkan bisa diterapkan oleh masyarakat Suku Sasak.